Advertisement

Latest News

Ta’awwuz menurut kamus sufi al-Kasnazan

By Sang Perindu - Saturday, December 18, 2010

فِي اللُّغَةِ
«عَوَّذَهُ بِاللهِ: حَصَّنَهُ بِهِ وَ بِأَسْمَائِهِ
تَعَوَّذَ بِهِ: عَاذَ بِهِ»( ) .

Menurut Bahasa:
Dia melindunginya dengan Allah, yakni: membentenginya dengan-Nya, dan dengan asma’ (nama-nama)-Nya.
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
وُرِدَتْ هذِهِ اللَّفْظَةُ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ (8) مَرَّاتٍ بِمُشْتَقَاتِهَا الْمُخْتَلِفَةِ، مِنْهَا قَوْلُهُ تَعَالَى: وَ إِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ( ).
Menurut al-Qur’an al-Karim:
Kalimat ini digunakan di dalam al-Qur’an al-Karim sebanyak 8 (delapan) kali dalam bentuk-bentuk yang berbeda, sebagian darinya adalah Firman-Nya ta‘ala: “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (7: 200)

فِي الاِصْطِلاَحِ الصُّوْفِيِّ

Menurut Istilah Sufi:

الإِمَامُ جَعْفَرٌ الصَّادِقُ
يَقُوْلُ: «التَّعَوَّذُ: تَطْهِيْرُ الْفَمِ عَنِ الْكَذِبِ وَ الْغِيْبَةِ وَ الْبُهْتَانِ تَعْظِيْمًا لِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ»( ) .

Imam Ja‘far ash-Shadiq a.s. berkata:
At-Ta‘awwudz: adalah penyucian mulut dari dusta, ghibat (gunjing), buhtan (memfitnah) semata-mata karena pengagungan untuk membaca al-Qur’an.

الشيخ الأكبر ابن عربي
«التعوذ: هو ما يكون باسم إلهي من اسم إلهي، و هو الذي نبه عليه بقوله:
و أعوذ بك منك( ) »( ) .
Syekh al-Akbar Ibnu ‘Arabi q.s. berkata:
At-Ta‘awwuz: adalah (berlindung dengan) apa yang ada bersama Nama Ilahi dari Nama Ilahi. Dan itu adalah yang diisyaratkan kepadanya oleh Nabi s.a.w. dengan sabda: “Dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu.”

يقول الشيخ جمال الدين الخلوتي:
«أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، أي أعتصم بالذات الاحدية ثم بالإنسان الكامل الجامع للمراتب الوجودية من كيد الجوهر الروحانية الذي هو مجبول على الأفعال الخبيثة أو من كيد النفس الأمارة التي هي بعيدة من الله بسبب اتصافها بصفات ذمائم»( ) .

Syekh Jamal-ud-Din al-Khalwati berkata:
A‘udzu billahi min-asy-syaithan-ir-rajim (Aku berlindung dengan Allah dari syaitan yang direjam), yakni: Saya menjaga diri saya dengan Dzat Yang Maha Esa, kemudian dengan Insan al-Kamil yang sempurna martabat kewujudannya dari tipu daya intisari ruhani yang tabiatnya berdasarkan perbuatan buruk (yakni syaitan) atau dari nafsu amarah (yang senantiasa mengajak kepada keburukan) yang jauh dari Allah karena telah menerap sifat-sifat yang tercela.

يقول الإمام جعفر الصادق :
« لا بد قبل القراءة من التعوذ و أما سائر الطاعات فإنه لا يتعوذ فيها و الحكمة فيه، أن العبد قد ينجس لسانه بالكذب و الغيبة و النميمة، فأمر الله تعالى العبد بالتعوذ ليصير لسانه طاهرا فيقرأ بلسان طاهر كلاماً أنزل من رب طيب طاهر»( ) .

Imam Ja‘far ash-Shadiq a.s. berkata:
Tidak boleh tidak harus berta‘awwuz sebelum membaca (al-Qur’an), dan ada pun amalan ketaatan selebihnya tidak (perlu) berta‘awwuz padanya dan hikmahnya adalah: Seorang hamba telah menajiskan (mengotorkan) lisannya dengan dusta, ghibah (gunjing), dan namimah (umpat), lalu Allah memerintahkan hamba tersebut untuk berta‘awwuz supaya lisannya menjadi suci (bersih), lalu ia membaca dengan lisan suci sebuah kata yang diturunkan Tuhan yang Maha Baik dan Maha Suci.

و يقول الشيخ إسماعيل حقي البروسوي:
« الحكمة في التعوذ، الاستئذان و قرع الباب، لأن من أتى باب ملك من الملوك لا يدخل إلا بإذنه، كذلك من أراد قراءة القرآن إنما يريد الدخول في المناجاة مع الحبيب فيحتاج إلى طهارة اللسان، لأنه قد تنجس بفضول الكلام و البهتان فيطهره بالتعوذ»( ) .

Syekh Isma‘il Haqqi al-Barusawi berkata:
Hikmah pada at-Ta‘awwuz itu adalah: permintaan izin dan mengetuk pintu, karena barang siapa yang datang ke pintu salah seorang raja itu tidak akan dibenarkan masuk kecuali dengan izinnya. Begitulah barang siapa ingin membaca al-Qur’an yang ingin memasuki munajat (berbicara secara intim) dengan Sang Kekasih, maka ia perlu membersihkan lisannya, karena ia telah menajiskannya (mengotorkannya) dengan kata-kata kotor dan buhtan (memfitnah), maka harus disucikan (dibersihkan) dengan at-Ta‘awwuz.

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

Advertisement