Advertisement

Latest News

ADAB MEMBACA AL-QUR’ĀN

By Sang Perindu - Saturday, December 18, 2010

Barang siapa membaca Al-Qur’ān dan tidak merendahkan dirinya di hadapan Allah, yang hatinya tidak melembut, atau tidak menyesali dan tidak diliputi rasa takut, berarti ia memandang rendah luasnya kuasa Tuhan dan jelas berada dalam kesesatan.

Orang yang membaca Al-Qur’ān membutuhkan tiga hal, yaitu hati yang dipenuhi rasa takut, tubuh yang tenang dan siap menerima, dan tempat yang patut untuk membaca. Jika hatinya merasa takut kepada Allah, maka setan yang terkutuk akan menjauh darinya, sebagaimana firman Allah:
Jika kamu membaca Al-Qur’ān, berlindunglah kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS 16:98)
Ketika seseorang telah membebaskan dirinya dari segala gangguan, hatinya tentu akan tercurahkan kepada pembacaan itu, dan tak ada sesuatu pun yang akan menghalanginya untuk meraih rahmat dari cahaya Al-Qur’ān dengan segala manfaatnya. Jika menemukan sebuah tempat yang kosong dan menjauhkan diri dari orang-orang lain, setelah memenuhi dua syarat – yaitu kerendahan hati dan ketenangan jasmani – maka jiwa dan batinnya yang paling dalam akan merasakan penyatuan dengan Allah.
Ia akan menemukan kebahagiaan lewat cara Allah berbicara dengan hamba-hambaNya yang berlaku benar, bagaimana Dia menunjukkan kelembutan-Nya kepada mereka, dan memilih mereka dengan segala tanda-tanda kemuliaan dan isyārat-isyārat keajaiban-Nya. Jika ia minum segelas dari minuman kebahagiaan itu, maka ia tidak akan memilih keadaan yang selain itu atau lebih menyukai saat lain kecuali itu. Ia akan lebih menyukai itu dibanding amal kepatuhan dan ketaatan yang manapun, sebab di situ terkandung keintiman pembicaraan dengan Allah, tanpa ada perantara.

Maka berhati-hatilah dengan caramu membaca Kitāb Tuhanmu, pelindung yang kepada-Nya kamu menyembah, bagaimana kamu menanggapi perintah-perintahNya dan menghindari larangan-laranganNya, dan bagaimana kamu mematuhi batas-batasNya, sebab itu adalah Kitab yang sangat hebat:
Tidak akan ada pemalsuan di dalamnya, sejak semula hingga seterusnya, diturunkan dari hadirat Yang Mahabijaksana dan Tumpuan Puji. (QS 41:42)

Karena itu bacalah ia dengan cara yang tertib dan renungkanlah isinya, dan patuhilah batas-batas dari janji dan ancaman-Nya. Pikirkanlah contoh-contoh dan peringatan-peringatanNya. Hati-hatilah agar tidak meremehkan pembacaan hurūf-hurūfnya dan jangan lupa untuk mempelajari batasan-batasan hukum yang terkandung di dalamnya.

(Imam Ja’far as-Sadiq ra.- dari buku: Mishbah-usy-Syariah)

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

Advertisement